Kisah terkait ritual Gunung Kemukus sempat menghebohkan masyarakat. Benarkah kegiatan tersebut melibatkan aktivitas pesugihan dan seks bebas?
Gunung Kemukus berada di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah. Lokasinya berjarak 29 km dari Kota Solo, atau sekitar 1 jam berkendara.
Sejak dulu, Gunung Kemukus memang dikenal sebagai tujuan wisata religi. Tidak cuma warga Jawa Tengah, para pengunjungnya juga berasal dari berbagai daerah.
Orang-orang datang untuk berdoa dan meminta keberkahan. Namun sebagai syarat, mereka harus melakukan ritual seks dengan orang lain yang bukan pasangannya.
Sekilas, cerita itu memang sangat sulit dipercaya. Demi mengetahui kebenarannya, simak ulasan lengkap dari Lokakita.com berikut ini.
DAFTAR ISI
Fakta-Fakta Ritual Gunung Kemukus
1. Ramai Diberitakan Media Internasional

Mencuatnya kisah ritual Gunung Kemukus tidak lepas dari peran media internasional, salah satunya adalah SBS (Special Broadcasting Service) One.
Menurut lembaga penyiaran asal Australia itu, telah ditemukan praktek kegiatan prostitusi berkedok pesugihan atau mencari kekayaan di Gunung Kemukus.
Orang-orang yang menjalaninya harus memenuhi sejumlah syarat, salah satunya yakni berhubungan intim dengan peziarah lain yang bukan pasangannya.
Selain SBS One, laman Metro.co.uk juga mempublikasi hal serupa lewat artikel yang berjudul “Sex around the world: An Indonesian festival of sex with strangers“.
Melalui reporternya Rosy Edwards, media Inggris tersebut mengungkapkan bahwa ritual Gunung Kemukus telah berlangsung sejak berabad-abad silam.
Ritual itu mengharuskan pasangan yang baru bertemu untuk berhubungan seks di samping candi, tepatnya pada sebuah desa di sisi Gunung Kemukus.
Saking viralnya, kisah ini bahkan diberitakan oleh media daring asal Nigeria YNaija, dengan tajuk “Understanding the Paradoxical Pon Festival of Indonesia“.
2. Ngalap Berkah di Makam Pangeran Samudro

Di atas bukit yang berada di tengah hamparan air Waduk Kedung Ombo itu, terdapat makam seorang penyiar Islam bernama Pangeran Samudro.
Makam ini dianggap sakral, sehingga banyak orang yang datang untuk melakukan ngalap berkah atau meminta keberkahan.
Pangeran Samudro merupakan adik Raden Patah, Raja Kerajaan Demak pertama.
Menurut cerita, Pangeran Samudro mengembara keluar dari Majapahit hingga ke Gunung Kemukus setelah berkonflik dengan ayahnya.
Di sana, sang pangeran menjadi seorang mualaf dan ikut menyebarkan agama Islam.
Tidak cuma penting dalam perkembangan Islam, Pangeran Samudro juga dianggap sebagai pemberi ilham lahirnya nama Gunung Kemukus.
Suatu hari, Pangeran Samudro dan murid-muridnya tengah memasak di dapur.
Pada saat bersamaan, dari arah gunung warga melihat kepulan asap seperti sebuah kukusan. Karena itu, gunung ini dijuluki dengan nama “kemukus”.
3. Tidak Ada Syarat Berupa Ritual Seks

Fakta terkait ritual Gunung Kemukus selanjutnya ialah, tidak ada syarat seperti berhubungan seks dengan orang lain untuk berziarah di makan Pangeran Samudro.
Menurut sang juru kunci Hasto Pratomo, warga yang datang untuk melakukan ritual seks sebenarnya tertipu oleh mitos-mitos yang berkembang.
Gunung Kemukus hanya digunakan sebagai tempat berziarah. Tempat ini juga tidak diperuntukkan bagi praktek pesugihan maupun ngalap berkah.
Jadi setelah kepergian Pangeran Samudro, ibu tirinya yakni Dewi Ontrowulan merasa khawatir dan ikut menyusul sang anak keluar dari Majapahit.
Saat sampai di Gunung Kemukus, Dewi Ontrowulan mendapati Pangeran Samudro telah meninggal. Lalu, ia dikubur bersama sang anak di dalam liang yang sama.
Sayangnya, oleh oknum yang tidak bertangung jawab kisah antara Dewi Ontowulan dan Pangeran Samudro itu dikaitkan dengan ritual pesugihan.
Bahkan, ada cerita menyimpang yang menyebut bahwa Dewi Ontrowulan terlibat cinta terlarang dengan Pangeran Samudro.
Kisah itulah yang melatarbelakangi adanya ritual berhubungan badan di Gunung Kemukus demi mendapatkan keberkahan.
4. Dugaan Adanya Prostitusi Terselubung

Sejalan dengan temuan SBS One, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menduga ada upaya mencari untung dalam narasi ritual Gunung Kemukus.
Pada penelitiannya, mereka mengungkapkan jika ritual seks tersebut sengaja dibuat untuk melenggangkan bisnis prostitusi.
Saat Jumat Pon misalnya, banyak pekerja seks komersial (PSK) musiman yang datang ke Gunung Kemukus untuk “menawarkan” jasa.
Jumat Pon dikenal sebagai hari baik untuk berziarah, sehingga kunjungan wisatawan ke makan Pangeran Samudro sudah pasti akan meningkat.
Selain itu, objek wisata ini tiap tahunnya dikunjungi sekitar 30.000 orang. Ia bahkan menyumbang Rp190 juta pajak retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sragen.
5. Berubah Menjadi Objek Wisata Keluarga

Setelah ramai di publik, pemerintah daerah (Pemda) setempat secara resmi menutup aktivitas yang berhubungan dengan ritual Gunung Kemukus.
Penertiban melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja, Kepolisian Sektor serta Komando Rayon Militer, dengan sasaran pemilik hiburan karaoke dan rumah penginapan.
Karena itu, sejak tahun 2020 kawasan wisata ziarah Gunung Kemukus mengalami kemajuan pesat pada bidang sarana prasarananya.
Bila sebelumnya wisatawan harus menyeberang dengan perahu, kini tersedia jembatan ke lokasi ziarah yang terhubung langsung dengan Jalan Raya Solo-Purwodadi.
Di depan lokasi ziarah, dibangun sebuah taman yang dapat dijadikan tempat nongkrong sambil menikmati keindahan Waduk Kedung Ombo.
Sedangkan di tempat peziarahannya, dibangun sebuah rumah joglo dari kayu jati yang melindungi makam Pangeran Samudro.
Rangers, demikian lima fakta terkait ritual Gunung Kemukus yang perlu kalian ketahui.
Sangat disayangkan ya, jika adat istiadat dan kepercayaan lokal justru dinodai oleh hal-hal berbau prostitusi seperti di Gunung Kemukus.
Yuk, lebih arif lagi dalam menanggapi mitos maupun peristiwa lainnya!
Semoga bermanfaat.